Diposkan pada Belajar, Jurnal, Story

Cerita Ibuku

ibu

Oleh : Siti Aisyah

Pada Pagi hari tanggal 16 Januari 2016 kala itu, disebuah rumah sakit daerah Cileungsi terdapat seorang wanita yang usianya sudah hampir memasuki kepala lima sedang berjuang  melahirkan anak ke-limanya. Ialah Hasnawati Ahmad sosok seorang Ibu yang selalu bersemangat dalam mendidik anak-anaknya. Diusianya yang terbilang sudah tua (48), Ia masih diberikan kepercayaan oleh Allah subhanahu wa ta’ala untuk memiliki satu anak kembali. Di masa awal-awal kehamilannya itu merupakan masa-masa tersulit baginya, banyak pikiran-pikiran negatif yang selalu menghampirinya. Bukan hanya Hasnawati saja yang memiliki pemikiran-pemikiran negatif tersebut, tetapi sang anak-anak pun memiliki pemikiran seperti itu jua. Akan tetapi Aisyah sebagai anaknya selalu memberikan semangat dan motivasi untuknya, tidak hanya Aisyah, anaknya yang lain pun, Nanda, Najiah, dan Sena selalu menemani dan membantunya. Memang sudah seharusnya sebagai keluarga saling bantu-membantu dan juga saling menasehati. Alhamdulillah.. hingga akhirnya sembilan bulan pun terlewati dengan susah payah juga suka dan duka yang dirasakan oleh Hasnawati. Lahirlah anak ke-limanya yang dilahirkan secara normal, walau dimasa kehamilannya beberapa dokter sudah menyarankan untuk melahirkan secara caesar, tetapi dengan berbekal keyakinan dan tawakal kepada Allah subhanahu wa ta’ala akhirnya Ia melahirkan secara normal (dikarenakan juga anak pertaman hingga ke-empat dilahirkan secara normal). Bahkan Ia sempat berujar, “Jika memang ini jalannya untuk menemui Allah (mati) saya sudah pasrah”, ujarnya. Dengan berbekal selalu mengucapkan Hasbunallah wa Ni’mal wakil, Ni’mal Maula wa ni’man Nashir, Laa haula wala quwwata illa billah pada saat proses melahirkan, bacaan tersebut juga memiliki makna yaitu sebagai bentuk meminta pertolongan hanya pada Allah subhanahu wa ta’ala serta sebagai bentuk penyerahan diri seorang hamba sepenuhnya kepada Tuhan pencipta alam semesta.

Hasnawati Ahmad merupakan sosok seorang ibu yang sangat luar biasa, sabar dalam menghadapi anak-anaknya, dan selalu semangat dalam mendidik lima orang anaknya. Hasnawati dilahirkan oleh seorang wanita yang bernama Zaleha binti Dukahat, Ia mempunyai ayah yang bernama Ahmad bin Kadir (alm). Lahir di Tembilahan, Riau pada tanggal 22 Januari 1968. Ia dibesarkan di Tembilahan, hingga ketika umurnya menginjak lima tahun, Ia beserta keluarganya hijrah (pindah) ke Jakarta, dan memulai kehidupan barunya di Ibu Kota dengan susah payah. Mulai dari berpindah-pindah tempat tinggal dari satu tempat ke tempat lain, dari daerah Grogol, Jakarta Barat, kemudian pindah ke daerah pulau seribu, dan menetap disana kurang lebih hingga umurnya 9 tahun. Mereka berpindah-pindah dikarenakan tugas ayahnya yang dipindahkan ke daerah tersebut, akan tetapi sama halnya masa-masa itu dilalui dengan susah payah, dikarenakan sang ayah hanya dapat pulang sebulan sekali. Hingga akhirnya, tugas sang ayah dipindahkan lagi ke daerah Tanjung Priuk, maka Hasnawati dan keluarganya pun mengikuti ayahandanya. Sudah dari kecil Hasanawati didik untuk bisa mandiri dan membantu orang tua, bahkan masa-masa Hasnawati kecil pun diisi dengan membantu sang orang tua berjualan, mulai dari jualan bawa air, es, dan lain sebagainya, Ia melakukannya tanpa malu. “toh, buat apa juga malu, membantu orang tua ini..”, ujarnya. Walaupun orang tua Hasnawati tidak berpendidikan tinggi, akan tetapi Hasnawati ingin menggenggam pendidikan yang tinggi, bahkan Ia mengikuti berbagai kursus, yaitu kursus menjahit dan mengetik yang pada zamannya, dengan mengikuti kursus tersebut Anda bisa sukses.

Kemudian setelah Hasnawati menikah, dan telah memiliki tiga orang anak, Ia memutuskan untuk mengenyam bangku pendidikan kembali, yaitu dengan mengambil Jurusan Pendidikan Agama di IPRIJA lulus tahun 2007 dan ditahun itu pula Ia melahirkan anak ke-empatnya. Hingga akhirnya Ia lulus dan menjadi seorang sarjana pendidikan, yang pada akhirnya Hasnawati menjadi seorang guru di Madrasah Ibtidaiyah Al-Fatah, Cileungsi, Bogor. Sudah banyak pencapaian yang Ia dapat semasa hidupnya ini, salah satunya yaitu menjadi seorang sarjana S1, yang pada akhirnya membawa Ia untuk dapat mengenyam pendidikan kembali di UIN Syarif Hidayatullah dengan beasiswa full dari kemenag, beasiswa tersebut untuk penyesuaian sertifikat pendidikan hingga akhirnya Ia diwisuda pada tahun 2016. “Alhamdulillah sampai saat ini masih bisa mengabdi di MI Al-Fatah,dan masih tetap memohon kekuatan dan kesabaran dalam membimbing anak-anak,” ucapnya. Meskipun jarak memisahkan Hasnawati dengan suaminya yang bekerja di Bandung sejak tahun 1997 dan hanya seminggu sekali saja berkumpul dengan keluarga, akan tetapi tidak mengurangi keharmonisan rumah tangga mereka, walau pastinya dalam hidup ini selalu saja ada ujian yang datang. Walau banyak capaian yang telah dicapai oleh sosok seorang ibu ini, tetapi masih ada cita-cita tertingginya yang belum terwujudkan, yaitu naik haji. Keinginannya ini sudah ada sejak kelahiran anak ke-tiganya, yang dimana setelah Ia melahirkan anak ke-tiganya sosok seorang ibu ini mengalami koma, dan dari komanya itu Ia memiliki keinginan untuk pergi haji, Hasnawati selalu berusaha untuk mewujudkan cita-citanya tersebut, Ia mulai menabung dan pada akhirnya Ia mendaftar haji yang InsyaaAllah jadwal tahun keberangkatannya di tahun 2022. Semoga Allah mewujudkan cita-cita Ibu dari lima orang anak ini. Aamiin.

Dengan bercermin kepada surat al-ikhlas yang tidak ada kata-kata ikhlasnya, semoga Allah meridhonya.

Penulis:

Be kind. Be yourself.

2 tanggapan untuk “Cerita Ibuku

Tinggalkan komentar